Kerbau Kalang ternyata masih dipandang sebagai usaha sampingan. Sementara bagi Pemkab Kukar yang ditangani melalui Dinas Peternakan (Disnak) setempat terkendala oleh tempat pengembangan ternak Kerbau Kalang yang tepencil dan jauh dari Tenggarong. Hal tersebut terungkap dari presentasi Hasil Sementara Studi dan Pengembangan Ternak Kerbau Rawa di Kukar oleh Tim peneliti dari Fakultas Peternakan Hewan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kamis (03/05) lalu di Aula Kantor Disnak Kukar, Tenggarong. Presentasi yang disampaikan langsung oleh Ketua Tim Peneliti dari Unair Dr Kusmayanto ini dihadiri Wakil Kepala Disnak Kukar Ir IGK Swartika, serta sejumlah pejabat Disnak dari tingkat Provinsi Kaltim maupun Kukar. Ditambahkan Kusmayanto, hal lain yang kurang mendukung adalah budaya beternak yang belum berorientasi pada upaya pengembangan agribisnis oleh sebagian besar peternak yang juga merangkap sebagai nelayan dan petani di Kukar. Disamping itu pihak Disnak juga lebih memfokuskan pada pengembangan usaha ternak sapi ketimbang kerbau. Padahal usaha ternak kerbau selain prospek ekonominya sangat potensial sebagai alternatif kebutuhan pemenuhan protein hewani yang semakin meningkat. Juga pengembangan peternakan Kerbau Kalang ini merupakan satu-satunya yang terdapat di Provinsi Kaltim.
Menurut Kusmayanto, selama sepekan melakukan penelitian di sentra pengembangan ternak Kerbau Kalang di Kecamatan Muara Muntai dan Muara Wis, mereka mendapati bahwa sebagian besar peternak Kerbau Kalang belum menjadikan usaha utama, sehingga dalam pengelolaannya dilakukan sambil lalu atau asal-asalan. "Disamping itu kebiasaan peternak menjual kerbaunya ketika kerbau naik ke kalangnya. Dimana kerbau naik ke kalangnya hanya pada saat danau banjir atau musim penghujan. Di luar kondisi ini hampir tidak ada kegiatan transaksi yang terjadi," ujarnya. Kemudian penjualan kerbau, khususnya di kalang Teluk Ridan Kecamatan Muara Muntai, dilakukan sesuai dengan jumlah anak kerbau yang naik ke kalang. "Bila ada kerbau melahirkan, maka kerbau yang layak jual dilego, karena tidak mau melakukan perluasan kandang atau kalang," katanya. Hal lain lagi adalah tidak dilakukan pencatatan peningkatan pertumbuhan berat badan sehingga kesehatan ternak tidak terkontrol dan pemberian pakan ternak tidak sesuai dengan kebutuhan. Peternak menurutnya juga tidak mau mengeluarkan biaya untuk makanan tambahan. "Mereka beranggapan pakan berupa enceng gondok dan rerumputan di pinggir danau yang biasa dimakan kerbau tersedia berlimpah," ujarnya.
Fasilitas ini menurutnya harus dilengkapi dengan Pos Kesehatan Hewan. "Juga sebagai pusat Pelatihan manajemen peternakan kerbau, pengembangan breeding kerbau, unit pengolahan hijauan makan ternak," katanya. Sementara Wakil Kadisnak Kukar IGK Swartika menyambut baik hasil penelitian sementara yang dilakukan Tim Unair. Menurutnya, kendati hasil penelitian ini masih bersifat sementara, pihaknya tetap akan menindaklanjuti saran-saran yang telah disampaikan tim peneliti. Menurutnya hal ini disebabkan bahwa Kukar telah ditetapkan sebagai salah satu sentra pengembangan pusat pembibitan kerbau untuk memenuhi kebutuhan protein hewani 2010 yang dituangkan dalam Deklarasi SAMAWA. "Selain itu, Pemkab Kukar juga berencana untuk menjadikan sentra pengembangan ternak Kerbau Kalang ini menjadi menjadi objek agrowisata yang bersifat khas. "Yang cukup menarik untuk disikapi adalah harga ternak kerbau yang semakin memiliki nilai tawar yang tinggi akhir-akhir ini," demikian katanya. Ada dua sentra penting dalam pengembangan ternak Kerbau Kalang di Kukar yaitu yang dikelola Kelompok Ternak Dusun Teluk Ridan, Kecamatan Muara Muntai, dengan populasi ± 450 ekor dengan luas kalang 960 m2. Dan Kelompok Ternak Lebak Singkil di Desa Melintang, Kecamatan Muara Wis, dengan jumlah ternak ± 402 ekor dengan luas kalang 1200 m2. | |||||
Keunikan ternak Kerbau Kalang yang selalu berendam di danau Sumber |
Senin, 07 November 2011
Usaha Ternak Kerbau Kalang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar