Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Kamis, 20 Oktober 2011

Ternak Lebah Madu

Ada beragam jenis lebah madu yang layak dibudidayakan. Di antaranya lebah dari jenis lebah hutan (Apis dorsata), lebah lokal (Apis cerana), dan lebah unggul (Apis mellifera). Lebah unggul, sesuai namanya, yang paling disenangi pasar. Jenis ini lebih produktif dibandingkan lebah lokal, juga lebih jinak. Racun pada sengatnya sangat cocok untuk pengobatan berbagai penyakit. Lebah yang dibudidayakan oleh kebanyakan peternak di dunia ini awalnya berasal dari daratan Eropa.
Modal yang diperlukan dalam beternak lebah madu adalah pengetahuan dasar dalam beternak lebah madu, investasi modal tetap yang diperlukan dalam kegiatan budidaya lebah madu selama beberapa periode pemanenan termasuk alat-alat produksi dan koloni lebah madu minimal 40 kotak idealnya adalah 100 kotak koloni lebah madu.
Pemilihan bibit Lebah Madu jenis unggul
Ciri-ciri bibit lebah madu kwalitas super:
  1. Mempunyai Ratu lebah yang secara fisik bagus dan berusia antara 3 bulan sampai 1 tahun
  2. Jumlah dan kwalitas telor yang dihasilkan Ratu lebah banyak
  3. Hasil panen  lebih banyak baik hasil madu, bee pollen, royal jelly dan propolis
  4. Larva lebah yang dihasilkan lebih segar
  5. Lebah biasanya lebih agresif
Memperbanyak koloni lebah madu
Beternak lebah madu agar menghasilkan keuntungan yang optimal seorang peternak lebah madu harus mempunyai minimal 100 kotak koloni lebah madu. Langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah koloni lebah madu:
Gembalakan lebah madu pada lokasi yang tersedia pakan cukup banyak. Dengan tersedianya pakan yang cukup maka ratu lebah akan lebih banyak menghasilkan telor dan lebah pekerja juga lebih giat membuat sarang baru.
  1. Menyiapkan calon Ratu lebah madu untuk ditempatkan dalam koloni lebah madu yang baru.
  2. Memisahkan koloni lebah madu yang sudah padat ke dalam kotak koloni lebah madu yang baru dan  ditempatkan calon ratu lebah baru atau ratu lain yang sudah jadi.
Membuat calon Ratu Lebah
1. Ambil larva lebah madu yang baru menetas usia 1 hari
2. Masukan kedalam satu potong frame Royal jelly
3. Frame Royal jelly yang sudah terisi larva lebah madu di tempatkan pada kotak super ( kotak lebah madu yang berisi koloni lebah madu minimal 2 tingkat)
4. Sekat/pisahkan kotak super lebah madu tersebut dengan ratu lebah berada di kotak bawah dan frame royal jelly calon ratu lebah madu di tempatkan pada kotak atasnya. Sehingga ratu lebah madu tidak bisa mendekati calon ratu lebah madu.
5. Diamkan selama 11 hari sampai calon ratu lebah menjadi kepompong.
6. Setelah sebelas hari calin ratu di pindahkan ke kotak lebah yang besisi koloni lebah tanpa ada ratunya.
7. 13 hari calon ratu lebah keluar kepompong dan langsung diangkat menjadi ratu lebah oleh koloni lebah tersebut
8. Bisanya setelah seminggu ratu lebah siap untuk kawin dan mengembangkan koloni lebah yang baru ditempati tersebut.
Peralatan Beternak Lebah Madu :
  1. Kotak lebah, tempat koloni lebah madu terbuat dari kayu Suren atau Mahoni
  2. Alat pengasap untuk menjinakan lebah madu yang agresif
  3. Masker pelindung serangan lebah madu
  4. Pengungkit sisiran
  5. Sikat sisiran lebah madu
  6. Sisiran yang terbuat dari rangka kayu dan ditengahnya diberi kawat sebagai penahan landasan sarang lebah madu
  7. Pollen Trap untuk panen Bee Pollen
  8. Frame Royal jelly untuk panen Royal Jelly dan membuat calon Ratu Lebah
  9. Extraktor untuk panen Madu
Penggembalaan Lebah Madu
Antara bulan Mei hingga September adalah masa dimana peternaka lebah menggembalakan lebah madunya ke perkebunan-perkebunan yang menyediakan pakan lebah madu cukup banyak.
Peternak lebah madu di pulau Jawa umumnya mengembalan lebah madu ke perkebunan Karet, Kapuk, Rambutan, Lengkeng, Mangga, Kopi dan Duwet . sehingga dihasilkan Madu berdasarkan spesifikasi jenis bunga.
Antara bulan Mei hinga September inilah saat di mana peternak lebah madu menikmati manisnya pendapatan dari hasil lebah madu seperti madu dari berbagai jenis bunga, Bee pollen dan Royal jelly.
Setelah bulan September peternak lebah madu mengalami masa paceklik, dimana musim madu telah lewat. Untuk menutupi biaya perawatan lebah madu maka umumnya peternak mengembalakanya lebahnya ke perkebunan jagung, disini peternak lebah madu dapat menghasilkan Bee pollen jagung dan Royal jelly.
Kendala yang biasa dihadapai Peternak Lebah Madu:
1. Factor Alam (cuaca):
Tahun 2007 banyak peternak lebah madu yang gulung tikar akaibat cuaca yang tidak menentu. Sebagia contoh peternak lebah dengan perhitungan tahun sebelumnya biasanya panen madu kelengkeng sekitar bulan September. Dengan asumsi tersebut peternak lebah madu akan mengembalan lebahnya ke daerah Ambarawa namun akibat cuaca yang tidak menentu ternyata pohon kelengkeng gagal berbunga.
Peternak yang sudah terlanjur membawa koloni lebahnya ke tempat tersebut tentu akan rugi besar selain biaya tarnsportasi yang mahal juga banyak lebah yang mati kelaparan.
2. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat Indonesia banyak yang mengagap peternak lebah madu sebagai hama tanamannya. Sehingga sebagian masyarakat akan mengusir peternak lebah madu yang masuk keareal perkebunannya. Atau kalau di izinkan maka sewa lahan sebagai tempat beternak lebah sangat mahal.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan peternak lebah madu di luar negri. peternak lebah justru di cari untuk membantu penyerbukan perkebunan dan diberi upah karena telah membantu meningkatkan hasil produksi pertaniannya.
Syarat untuk berhasil dalam bisnis ini cukup dengan menimba ilmu dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki tentang kehidupan koloni lebah. Misalnya suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10 derajat C lebah masihberaktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25 derajat C). Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya. 

Ternak Lele Sangkuriang dengan Pengelolaan Limbah Organik

kolam terpal
Memilih usaha ternyata tidak harus dari sesuatu yang besar. Banyak peluang bisa diperoleh justru dari sesuatu yang nampak sepele. Misalnya, beternak ikan lele. Ikan berkumis ini memang masih dipandang sebelah mata oleh pebisnis. Padahal, keuntungan yang dijanjikan cukup besar. Gerai supermarket hingga warung tenda di pinggir jalan butuh pasokan lele dalam jumlah banyak secara rutin.

Prospek cerah usaha lele tidak disia-siakan oleh Franky Maradonna, mahasiswa Program Studi Administrasi Negara. Bersama dua orang kerabatnya Angga Susanto, mahasiswa Program Studi Administrasi Negara dan Putry Nurhaeni, mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, merekapun memulai bisnis ini.

Ketiadaan modal, tak melunturkan semangat mereka. Program Kegiatan Mahasiswa Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), jadi kesempatan untuk mengajukan proposal kewirausahaan mengenai ternak Lele Sangkuriang di lahan sempit dengan pengelolaan limbah organik. Karena dinilai konsep yang dibuat baik dan usaha yang ingin dirintis adalah usaha produktif, Dikti pun menerima proposal tersebut. Kini mereka mendapatkan dana hibah untuk merintis usaha.

Saat ditanya kenapa Lele Sangkuriang yang diternak, Frankypun menjawab, “Lele Sangkuriang selain proses pembesaran lebih cepat dibandingkan dengan lele yang lain, pakannyapun juga lebih mudah bisa menggunakan limbah peternakan, limbah pemindangan, dan limbah pabrik roti dengan harga murah, sehingga biaya pemberian pakan dapat berkurang dan menghasilkan keuntungan yang besar,” paparnya.

Ternak lele, lanjut Frangky, tidak membutuhkan banyak oksigen seperti ikan Gurame. Airnya pun tidak harus pada air yang mengalir. Kolam lele tidak harus menggunakan tanah yang digali tetapi dapat menggunakan terpal berukuran 2x3 yang pada tiap sisinya diikatkan pada tiang dengan kedalaman satu setengah meter. “Bagi yang ingin berbisnis lele dan tidak memiliki lahan yang memadai, tidak perlu khawatir, cara ini dapat dilakukan, sayapun juga menggunakan cara seperti ini,” tutur Frangky menyarankan.

Awalnya, ia merasa kesulitan berternak Lele Sangkuriang karena belum tahu caranya. Dari 1000 bibit yang dibeli semuanya mati dalam waktu singkat. Padahal telah banyak referensi buku dan artikel yang ia baca dari buku ataupun internet tentang cara berternak lele.

“Buku itu menganjurkan, bibit yang telah dibeli, dituangkan dalam kolam yang sudah berisi air. Lalu saya praktikan, ternyata semua lele yang saya beli mati. Dari situ saya menyimpulkan ternyata teori dengan praktiknya berbeda,” tuturnya.

Frangky mengakui, karena belum mengetahui cara berternak lele, menjadi penyebab matinya semua bibit lele yang telah Frangky beli. “Bibit yang kami belipun belum layak dijadikan bibit karena ukurannya hanya sekitar 3-4 cm. Seharusnya bibit yang layak ukurannya sekitar 4-6 cm. Ini berpengaruh terhadap daya tahan tubuh lele. Makanan yang kami beripun pada waktu itu pelet. Dari makanannya saja sudah salah, bagaimana lele mau bertahan hidup,” aku Frangky.

Beruntung Frangky dan timnya kenal dengan dosen perikanan di salah satu Perguruan Tinggi Swasta. Setelah berkonsultasi dengannya, ia pun menganjurkan agar Frangky dan timnya mengunjungi peternakan lele yang cukup besar di daerah Gadog.

“Kamipun pergi kesana. Saat kami mau membeli lele, sang pemilik kolam tidak mengijinkan dengan alasan kami belum tahu cara berternak lele. Akhirnya, kami diajari cara berternak lele yang benar. Setelah dua kali kami ke sana untuk belajar, akhirnya pada kunjungan ketiga, sang pemilik mengijinkan kami untuk membeli. Banyak pelajaran yang kami dapat dari sana,” tandas Frangky.

Sang pemilik kolam yang ditemuinya di Gadog mengajarkan Frangky agar membuat wadah terlebih dahulu sebelum mencemplungkan lele ke dalam kolam. Caranya, kata Frangky, kolam yang sudah berisi air diletakkan pupuk kandang (kotoran kambing) sebanyak lima kg, lalu ditambah garam satu sendok dan zat kimia, kemudian didiamkan selama delapan hari. Setelah timbul plankton, lanjut Frangky, baru lele dicemplungkan. Plankton tersebut berguna untuk mengatur kadar keasaman air.

Frangky mengakui, pengetahuan yang ia peroleh selama di Gadog sangat berguna dalam pengembangan usaha lele miliknya. Sekarang usaha yang dirintisnya sudah berkembang. Kini, dari 1.000 bibit lele yang ia beli, satupun tidak ada yang mati. “Setelah enam minggu berjalan, ukuran lele sudah sekitar 11 cm, rencananya kami panen tiga bulan lagi, sekitar pertengahan Juli,” katanya dengan penuh optimis.

Mengenai pemasaran lele tersebut, Frangky mengatakan, akan menawarkan kepada warung-warung tenda pecel lele yang ada di pinggir jalan dan pasar di sekitar rumahnya yang membutuhkan pasokan lele secara rutin. “ Semua berawal dari yang kecil, lakukan yang terbaik dari yang kecil dan focus dalam membangun usaha,” ujar Frangky.

Hal ini ditanggapi positif oleh Kepala Biro Kemahasiswaa, Djainul Djumadin. Katanya, upaya Frangki dan timnya dapat ditiru oleh mahasiswa lain. Mental dan keterampilan kewirausahaan harus dibangun. “Seharusnya pola fakir mahasiswa tidak hanya mencari kerja tetapi juga harus bisa membuka lapangan kerja. Lulusan perguruan tinggi harus dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar,” papar Djainul.

Menurutnya, Upaya yang dilakukan Frangky sejalan dengan misi Unas dalam mencetak para wirausahawan muda yang handal dengan memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum semua program studi diploma dan S1. Langkah berikutnya adalah memfasilitasi praktek kewirausahaan melalui ekspo dan koperasi. Unas telah mencanangkan untuk membina kemitraan yang lebih aktif antara wirausaha mahasiswa dengan wirausaha yang telah mapan.

“Biro Kemahasiswaan telah membina lima kelompok wirausaha mahasiswa antara lain usaha jamur, batako dari limbah got, usaha koktail dan lidah buaya, pupuk organik dan perangkat lunak pembelajaran secara praktik,” tutup Djainul.
 

Budidaya Itik


1. SEJARAH SINGKAT
Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari
Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus
dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebutAnas
domesticus (ternak itik).
2. SENTRA PETERNAKAN
Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika
Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang
mempunyai musim tropis dan subtropis). Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan
di daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio,
Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok.
 
3. J E N I S 
Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga)golongan, yaitu: 
1) Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV
2000-INA;
2) Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
3) Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur
seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-
INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai
Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.
Selanjutnya bacadisini

Beternak Puyuh Yuuuuuk . . . Mudah Kok

Beternak burung puyuh ? Apa itu ?
Okelah. Burung puyuh merupakan unggas yang kian ramai dibudidayakan. Ada dua macam budidaya, yaitu puyuh petelur dan puyuh pedaging. Yang lebih ngetrend ya puyuh petelur.
Hanya orang desa kan yang bisa beternak puyuh ?
Wo ya belum tentu, orang kota pun bisa beternak burung puyuh petelur. Karena ada beberapa tipe peternak. Diantaranya adalah peternak investasi, alias juragan, alias penanam modal. Berarti orang kota bisa juga kan beternak puyuh ? Minimalnya sewa lahan di pinggiran kota kan juga bisa.
Ah, apa menguntungkan ?
Menguntungkan atau tidak menguntungkan, BEP ternak puyuh kurang dari satu tahun. Terutama untuk periode kedua yang sudah tidak perlu mengembalikan modal pembuatan rumah induk dan kandang teluran. Hehe, coba ternak unggas mana yang BEP nya kurang jauh dari satu tahun ?
Beternak puyuh mana menguntungkan kalo harga telurnya naik turun ?
Lho? Sepertinya dalam agribisnis dan agroindustri, harga naik turun itu biasa. Tinggal dirata-rata dalam satu periode angkatan harga tinggi menutup harga rendah, akan ketemu harga rata-rata.
Pemasarannya ?
Tergantung mau pilih mana, peternak yang ikut kemitraan atau peternak mandiri. Untuk yang was-was dan tidak tentram dengan pemasaran, sebaiknya ikut yang kemitraan dan disebut dengan peternak plasma, karena dari hulu sampai hilir semuanya dikelola oleh PT inti plasma. Bibit disediakan, pakan diantar, telur diambil, burung puyuh apkiran pun siap ditampung.
Tapi bagi yang yakin dan mantap dengan pemasaran alias sudah punya bakul, atau jadi bakul sendiri, ya silahkan saja mau jadi peternak mandiri.
Apakah jika ikut kemitraan akan terjamin pemasarannya?
Memang kunci agribisnis agroindustri ada pada pemasaran. Petani peternak atau bahkan nelayan di seantero negara agraris Indonesia ini sudah pakar-pakar dalam produksi. Namun tanpa ada pasar tempat memasarkan hasil produksinya, ya percuma saja. Kecuali kalo ada gegeran, peperangan, negara kocar kacir, orang-orang kota ngungsi ke desa dan pegunungan. Nah, dalam kondisi itu hasil produksi ya dimakan sendiri. Orang desa lah yang siap dengan keadaan darurat yang jangan terjadi itu.
Karena kuncinya ada di pemasaran, maka kemitraan berperan penting selain bakul atau pedagang. Kenyataannya sudah bertahun-tahun ikut kemitraan kok lancar-lancar saja alias terjamin ya . . Mudah atau tidak beternak puyuh ?
Ya jelas mudah. Salah satu syaratnya anggap mereka puyuh-puyuh itu menjadi teman yang perlu juga diberi kasih dan sayang. Memang mereka adalah mesin produksi, tapi mereka punya nyawa lho . .
Modalnya gimana ?
Waw, modalnya relatif sangat terjangkau. Modal murah, hasil mewah. Hehehe… Bahkan budidaya puyuh petelur ini pun sangat cocok untuk menjadi bagian program pengentasan kemiskinan dan mengurangi pengangguran rajin bekerja. Modal yang relatif terjangkau sangat membuka peluang menciptakan lapangan kerja sendiri. Syukur-syukur kalau pemerintahnya baik hati mau kerjasama dengan PT kemitraan yang kemudian menjadi leasing untuk penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan alias tidak punya modal.
Bagaimana proses beternak puyuh ?
Proses pertama ya pesan bibit atau DOQ dulu. Proses kedua persiapan rumah induk, kandang pembesaran, kandang teluran, dan sarana prasarana. Proses selanjutnya ya perawatan dan pemeliharaan.
Kalau mau detilnya ya search aja di google dengan tag atau kata kunci : puyuh. Sudah banyak yang menjelaskan tentang detilnya, mulai dari bibit sampai proses akhir.
Takut nggak laku ah… Telur puyuh kan kolesterol tinggi ?
Hehe, ya begitulah kalau memahami kolesterol dengan setengah-setengah. Makan ini takut makan itu takut, sampai-sampai telur puyuh pun seakan dianggap haram. Padahalan kolesterol itu bagian penting dalam pembangunan nutrisi otak dan juga terkait erat dengan libido laki-laki. Hehe, dari berbagai sumber mengenai kolesterol itu. Semuanya yang penting jangan berlebihan.
Okelah… Kalau memang bangsa ini sudah saking makmurnya dan benci dengan makanan kolesterol tinggi seperti telur puyuh, mbok ya yang sudah makmur-makmur itu memikirkan ekspor telur puyuh ke negara-negara yang rakyatnya kurang gizi kurang pakan dan lebih melarat dari Indonesia. Gimana ?
Kalau negara itu tidak mampu impor ?
Lhah, apakah tidak ada yang mampu nembusi ke PBB sehingga telur puyuh menjadi bahan bantuan makanan. Kan malah dapet proyek to . . Dan telur puyuh bisa menjadi komoditi ekspor yang layak diperhitungkan.
(Hehe maap, hanya pemikiran sederhana dari orang desa peternak puyuh).

sumber

Rabu, 19 Oktober 2011

Ternak Ayam Kampung Peluang Bisnis Untuk Usaha Kecil

Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi daging ayam organik atau daging ayam yang tidak melalui proses rekayasa genetika. Seperti halnya ayam potong yang telah melalui proses rekayasa genetika. Permintaan daging ayam kampung untuk wilayah Jabodetabek saja baru bisa terpenuhi sekitar 5% dari kebutuhan atau sekitar 280.000 ekor per hari. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Ade Zulkarnaen, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia. Peluang Bisnis pengembangan unggas ini cukup baik dalam meningkatkan kesejahteraan usaha skala kecil, mikro dan koperasi mengingat ternak ini sudah cukup poluler di masyarakat.

Dukungan pemerintah dalam hal ini kementrian Pertanian terhadap pengembangan bisnis ayam kampung untuk usaha Mikro, Kecil dan koperasi cukup positif. Saat ini sedang dibuat blue print sistem pengembangan ayam kampung. Dalam blue print ini akan memberikan perlindungan bagi peternak ayam kampung dalam skala usaha mikro, kecil dan koperasi dalam menjalankan usahanya. Investor besar tidak boleh memasuki bisnis ayam kampung ini. Kapasitas pemeliharaan maksimal 10.000 ekor untuk satu peternak. Dengan pembatasan ini diharapkan usaha ternak rakyat akan berkembang dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kondisi Ternak Ayam Kampung Di Indonesia

Kondisi usaha ternak ayam kampung saat ini masih diusahakan dengan cara tradisional dan belum melalui cara intensif. Baru sekitar 3400 peternak ayam kampung yang mengusahakannya secara intensif, diluar itu masih dengan cara tradisional. Setelah blue print ini selesai pada bulan oktober diharapkan peternak tradisional akan beralih pada usaha ternak ayam kampung secara intensif.
Pada 10 tahun mendatang diharapkan pasokan ayam kampung akan mencapai 25 persen dari kebutuhan total daging ayam nasional, saat ini baru mencapai 5.5 persen saja.Dengan target sebesar tersebut pengembangan bisnis ayam kampung akan mampu menggerakkan ekonomi pedesaan yang notabenenya merupakan usaha skala mikro, kecil dan koperasi. Pengembangan bisnis ternak ayam kampung sendiri tidak hanya bermanfaat bagi peternak tetapi juga sektor usaha lain misalnya nilai perdagangan dari pakan dan pengolahan daging ayam kampung.
Selain unggas jenis ayam kampung, bisnis itik juga memiliki peluang  yang cukup menguntungkan, hal tersebut dikemukakan oleh Hasan Bisri, salah seorang peternak unggas lokal dari Pasuruhan Jawa Timur. Kendala bisnis unggas adalah pada masalah harga pakan yang mengalami kenaikan.(Galeriukm).

Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi daging ayam organik atau daging ayam yang tidak melalui proses rekayasa genetika. Seperti halnya ayam potong yang telah melalui proses rekayasa genetika. Permintaan daging ayam kampung untuk wilayah Jabodetabek saja baru bisa terpenuhi sekitar 5% dari kebutuhan atau sekitar 280.000 ekor per hari. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Ade Zulkarnaen, Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia. Peluang Bisnis pengembangan unggas ini cukup baik dalam meningkatkan kesejahteraan usaha skala kecil, mikro dan koperasi mengingat ternak ini sudah cukup poluler di masyarakat.

Dukungan pemerintah dalam hal ini kementrian Pertanian terhadap pengembangan bisnis ayam kampung untuk usaha Mikro, Kecil dan koperasi cukup positif. Saat ini sedang dibuat blue print sistem pengembangan ayam kampung. Dalam blue print ini akan memberikan perlindungan bagi peternak ayam kampung dalam skala usaha mikro, kecil dan koperasi dalam menjalankan usahanya. Investor besar tidak boleh memasuki bisnis ayam kampung ini. Kapasitas pemeliharaan maksimal 10.000 ekor untuk satu peternak. Dengan pembatasan ini diharapkan usaha ternak rakyat akan berkembang dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kondisi Ternak Ayam Kampung Di Indonesia

Kondisi usaha ternak ayam kampung saat ini masih diusahakan dengan cara tradisional dan belum melalui cara intensif. Baru sekitar 3400 peternak ayam kampung yang mengusahakannya secara intensif, diluar itu masih dengan cara tradisional. Setelah blue print ini selesai pada bulan oktober diharapkan peternak tradisional akan beralih pada usaha ternak ayam kampung secara intensif.
Pada 10 tahun mendatang diharapkan pasokan ayam kampung akan mencapai 25 persen dari kebutuhan total daging ayam nasional, saat ini baru mencapai 5.5 persen saja.Dengan target sebesar tersebut pengembangan bisnis ayam kampung akan mampu menggerakkan ekonomi pedesaan yang notabenenya merupakan usaha skala mikro, kecil dan koperasi. Pengembangan bisnis ternak ayam kampung sendiri tidak hanya bermanfaat bagi peternak tetapi juga sektor usaha lain misalnya nilai perdagangan dari pakan dan pengolahan daging ayam kampung.
Selain unggas jenis ayam kampung, bisnis itik juga memiliki peluang  yang cukup menguntungkan, hal tersebut dikemukakan oleh Hasan Bisri, salah seorang peternak unggas lokal dari Pasuruhan Jawa Timur. Kendala bisnis unggas adalah pada masalah harga pakan yang mengalami kenaikan.(Galeriukm).